Kamis, 05 Agustus 2010

Marhaban ya Ramadhan

Terbenamnya mentari diakhir Sya’ban, hilal yang malu-malu terbit di ufuk barat sebagai pertanda datangnya Ramadhan. Bagi orang-orang beriman, ia bagai pungguk merindukan bulan. Kedatangan Ramadhan sangat dinantikan karena didalamnya bertebaran rahmad dan barokah yang senantiasa dapat dipetik.
"(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan , Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)." Surah al-Baqarah : 185
Sebagai hamba Allah SWT yang telah berikrar, sebenarnya apa pun perintah-Nya, kita tidak perlu dan tidak pantas bertanya-tanya mengapa, untuk apa?. Hamba yang baik justru senantiasa ber-husnudlan, berbaik sangka kepada-Nya. Allah SWT memerintahkan atau melarang sesuatu, pastilah untuk kepentingan kita.
Allah SWT Maha Kaya, tidak memiliki kepentingan apa pun. Ia mulia bukan karena dimuliakan; agung bukan karena diagungkan; berwibawa bukan karena ditunduki. Sejak semula Ia sudah Maha Mulia, sudah Maha Agung, sudah Maha Kaya, sudah Maha Berwibawa. Kalau kemudian Ia menjelaskan pentingnya melaksanakan perintah-Nya atau menjauhi larangan-Nya, semata-mata karena Ia tahu watak kita yang suka mempertanyakan.
Sebelum kita mempertanyakan perintah puasa Alloh telah berfirman :
"Wahai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan puasa atas kalian sebagaimana diwajibkan atas orang-orang yang sebelum kalian, agar kalian bertakwa." QS. Al Baqarah 183
Karena semua kebaikan hamba di dunia dan kebahagiaannya di akhirat, kuncinya adalah ketakwaan kepada-Nya
Takwa adalah buah yang diharapkan dan dihasilkan oleh puasa. Buah tersebut akan menjadi bekal orang beriman dan perisai baginya agar tidak terjatuh dalam jurang kemaksiatan. Seorang ulama sufi pernah berkata tentang pengaruh takwa bagi kehidupan seorang muslim; “Dengan bertakwa, para kekasih Allah akan terlindungi dari perbuatan yang tercela, dalam hatinya diliputi rasa takut kepada Allah sehingga senantiasa terjaga dari perbuatan dosa, pada malam hari mengisi waktu dengan kegiatan beribadah, lebih suka menahan kesusahan daripada mencari hiburan, rela merasakan lapar dan haus, merasa dekat dengan ajal sehingga mendorongnya untuk memperbanyak amal kebajikan". Takwa merupakan kombinasi kebijakan dan pengetahuan, serta gabungan antara perkataan dan perbuatan.
Secara umum dapat dikatakan bahwa sikap atau kepribadian seseorang ditentukan oleh pendidikan, pengalaman, dan latihan-latihan yang dilaluinya pada masa kanak-kanak. Seseorang yang pada masa kecilnya mendapatkan pendidikan, pengalaman, dan latihan-latihan terhadap hal-hal yang religius, santun dan ringan tangan (suka membantu) terhadap sesama, penuh empatik terhadap kesusahan dan segala permasalahan sosialdi lingkungan sekitarnya, maka setelah dewasa nanti, akan merasakan pentingnya nilai-nilai agama di dalam hidupnya (religius), dan berkepribadian.
Disinilah posisi kita sebagai warga pendidikan dalam menempatkan puasa sebagai sarana pelatihan dan pembiasaan yang telah termaktub dalam tujuan pendidikan di MA NU 06 Cepiring pada poin (2) yang ber bunyi : Siswa memiliki perilaku yang baik didasari pada Iman dan Taqwa, Berbudi pekerti yang luhur, disiplin dan kepedulian sosial yang tinggi, mampu Berkompetisi dalam mengembangkan logika, praktika, estetika, dan etika terhadap sekolah lain.

 
© free template by Blogspot tutorial